Geraisintang.com: Indonesia, pada 2045 mendatang tepat satu abad merdeka, akan di prediksi menjadi 5 besar negara terbesar di dunia, sehingga di canangkan Indonesia Emas 2045.
Demikian disampaikan Bupati Sintang saat menjadi pembicara
pada Kuliah Umum Mahasiswa STAIMA Sintang, yang mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia”, di Pendopo Bupati Sintang, Minggu (4/4/20221).
Jarot Winarno menambahkan kondisi dunia saat ini mengalami perubahan yang cukup pesat. Sehingga menjadi tantangan bersama.
“Tugas kita sebenarnya adalah menyelamatkan skenario Indonesia emas 2045, tepat satu abad indonesia merdeka,”kata Jarot.
Di tambahkan Jarot, saat ini Indonesia sudah masuk pada upper middle income, yakni negara-negara berpenghasilan menengah, namun Indonesia masuk dalam kelompok yang sedikit lagi masuk ke negara dengan penghasilan perkapita yang tinggi.
“Tentu banyak tantangan, pertama kita harus mampu mengelola bonus demografi. Dimana usia produktif lebih banyak dari usia non produktif. Tapi akan menjadi bukan bonus, tapi jadi liability atau beban negara kalau usia produktif usia 15 keatas itu malah banyak yang nganggur, jadi pengangguran muda, sehingga jadi beban negara bukan bonus, susah kita capai Indonesia Emas 2045,” ujar Jarot.
Kemudian di jelaskan Jarot, ada namanya upper midle income trap atau jebakan dimana negara yang penghasilan menengah tadi tinggi tapi tidak bisa masuk dalam negara yang berpenghasilan tinggi.
“Kalaulah pertumbuhan ekonomi tetap di bawah 5%, minimal 6% keatas atau lebih lagiĀ sehingga barulah Indonesia bisa menjadi 5 besar negara terbesar di dunia,” kata Jarot.
Jarot menambahkan, saat ini ada dua tantangan yang merubah segala gaya kehidupan yakni distruksi teknologi dengan adanya revolusi industri 4.0 dan distruksi pandemi corona. Sehingga di perlukan terobosan dan innovasi dalam melakukan perubahan di bidang kehidupan.
“Kalian mahasiswa-mahasiswa Staima Sintang tinggal memilih tipe yang mana. Kalau anda tidak mengikuti dan antisipasi perubahan dipastikan selesai atau selamat jalan, sehingga jadi liability atau beban negara bukan jadi bonus demografi. Jadi kalian saya anjurkan cepat antisipasi bahwa hidup berubah,” tutup Jarot. (AG)